Buat membunuh malam Kus tidur di padang jukut
Kus mengendus, bau basah khas hujan
Kus senang
Lembab begini, Kus merasa pesam
Kus suka nyepi, jauh dari dunia keji
Tentram, kepala jadi terang
Kus merem mejem, khusyuk tafakur
Sekonyong-konyong tangan nya mengerinyau
Kus menengok
Lama mencari, rupanya gnats sebiji jagung
Dipandang, bola mata Kus tak berkedip
Mimiknya tak bergeming
Kus senang berkawan
Di sua lah makhluk kecil itu
Pikiran Kus memburai
Kus iri padanya
Kedatangannya bak Putri Raja, disambut gegap gempita
Dua tangan bertepuk jadi khasnya
Kus tak pernah disambut apalagi dirasa
Hampa, meronta
Kus iri padanya
Perempuan bernadi nyali
Menantang mati demi si buah birahi
Merobek urat sang malang tanpa ampun
Probosis menyedot rakus sampai tambun
Biar mampus
Kus masih bercakap
Gemerincing lonceng riuh ricuh
Penanda saat Kus harus kembali
Dunia gelap di balik jeruji
Kus, Kusnariswari, tahanan nomor 5201. Pelaku pembunuhan seorang bayi. Kejadian itu membuat ia dibenci orangtua, diasingkan keluarganya. Salah Kus yang kenes tak bisa jaga diri, selalu buat aib keluarga. Tak ada yang tahu, bayi itu hasil perkosa ayah kandungnya, yang kini jadi Wali Kota terkemuka
Firdhaussi,
Candirejo, 22 Januari 2016