Categories
Book Review Reading

Dibalik Pelangsingan

Eksistensi manusia yang paling mutlak itu tidak akan pernah terlepas dari kesepakatan kolektif mengenai tubuh yang ideal.

Terinspirasi dari Tulisan Faruk HT yang berjudul Tubuh, Kebudayaan dan Seksualitas, yang tercantum dalam buku Seks, Teks, Konteks.

seks teks konteks

Tubuh merupakan satu-satunya indikator yang paling niscaya atau bahkan mutlak dan yang terkesan paling alamiah dari eksistensi manusia sebagai pribadi. Namun, eksistensi manusia yang paling mutlak itu tidak akan pernah terlepas dari kesepakatan kolektif mengenai tubuh yang ideal. Kesepakatan yang diciptakan kolektivitas telah membangun jarak yang sangat jauh dengan konsep tubuh sebagai ruang manusia yang paling pribadi. Di dalam kolektivitas, terdapat kecenderungan kuat untuk merendahkan, meminimkan dan bahkan menihilkan tubuh. Terlepas dari kapitalisme dan prinsip industri, dalam kasus Indonesia fenomena tubuh ideal menjadi sebuah cerita yang unik. Hal ini terlihat dari sosok wayang kulit Jawa. Konon, para walilah yang membuat postur tubuh wayang kulit Jawa seperti adanya sekarang, yaitu poster tubuh yang sangat kurus dan bahkan terdistorsi itu. Hubungan postur wayang dengan tubuh manusia yang nyata menjadi dikaburkan dan bahkan dilenyapkan. Tubuh wayang berubah menjadi tubuh dari sesuatu yang lain, yang lebih abstrak, yang lebih bersifat spiritual, menjadi simbol dari pengertian atau konsep-konsep keagamaan dan kebudayaan. Dalam kenyataan sendiri, tubuh yang langsing, yang tampak lemah secara fisik, menjadi tubuh yang dianggap ideal secara kolektif.

Namun, idealisasi kelangsingan tubuh manusia pada budaya Jawa diatas mungkin mendahului zaman sebagai akibat dari faktor historis. Idealisasi itu nampaknya terjadi setelah kekuatan-kekuatan politik dan ekonomi kerajaan Mataram yang mengalami pasifikasi sebagai konsekuensi dari kekalahannya dalam berbagai perang melawan imperialisme Belanda. Pasifikasi itu mendesak raja-raja Jawa untuk lebih mengandalkan kekuatan spiritual dan simbolik daripada kekuatan fisik dan material. Dengan kata lain, pelangsingan itu terjadi sebagai salah satu bentuk resistensi penguasa-penguasa politik dan ekonomi Jawa yang secara fisik-material mengalami pasifikasi. Perendahan derajat dan penihilan tubuh dapat menjadi identik dengan perendahan derajat dan penihilan terhadap penguasa politik  dan ekonomi yang baru, imperialis Belanda.

By firdhaussi

Still human;

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s