Aku membayangkan ini adalah melodi milik seorang pengembara yang telah berjalan amat jauh, melewati banyak aral: hutan, tebing berjurang hingga sungai berarus deras. Perjalanan metafisika untuk menemukan sebuah pemaknaan sari pati hidup. Ada nada putus asa di dalamnya, terkoneksi dalam nafas kelelahan si pengembara itu. Sebab, sampai kini ia masih belum menemukan apa jua; baik biologis maupun psikis dia sudah teramat sangat kelelahan. Kekalahannya telak dan tak terhindarkan. Sampai pada nada 1:31, ia mendongakkan kepalanya ke atas dan tepat pada saat itu langit malam tampak seperti air jernih yang tenang mengalir, membasuh diri hingga bintang-bintang menyerahkan diri untuk dilucuti. Kemunculannya jenaka tapi siapapun dapat merasakan kelembutannya. Detik itulah, pengembara menyadari detonator sebenar-benarnya adalah dirinya sendiri. Lantas ia tersenyum samar pada dirinya sendiri. Si pengembara adalah manifestasi dari fearless, ia tidak takut pada apapun. Tidak takut pada bahaya atau ancaman musuh, tidak gentar pada kematian dan tak sedikitpun bergidik berhadapan dengan kesendirian dan gelap.
Mendadak kabut turun dan menebal, angin meniup murka pada wajahnya. Tulangnya dingin dan tertusuk melebihi jarum tajam manapun. Lagi, ia mendongakkan kepalanya menadah langit untuk mencari hangat. Rupanya bintang-bintang tengah asyik berkerumun dan tampaklah rasi bintang Avior. Inilah isyarat langit pada seorang pengembara. Pada akhirnya dia tahu, dia hanya harus bertahan.
Cibubur, 22 Januari 2017.