Sudah ku kabarkan pada dunia
Negeriku punya cerita, punya daya

Sudah negeriku kabarkan pula
Bahwa tak berarti itu semua
Rumahku sudah kau kirim bencana

Aku sudah melawan dengan sebaik-bainya
Tapi mereka terus saja berteriak
Mereka terus menghujaniku sumpah serapah
Searoma sampah, sepelemparan batu dari rumah

(Mata menerawang dan menggenang di ujung air mata luka
Sayup terdengar takbir
Aku bahkan lupa ini malam lebaran)

Dua bagus, satu tidak apa
Sapa dan abdimu sudah ku dekap rapat-rapat
Dan ku kirim isyarat
Lewat gemericik sungai di belakang rumah dulu
Lewat kunang-kunang terangi halaman

/Jariku mengusap peluh keningmu,
Lalu ku sematkan kecup panjang, basah
Aku tak lihat ujung cerita ini
Namun kita telah menyatu
Belulang kita telah terpaut/

Perlu ku cari kemana lagi?
Jika di matamu aku telah menemukan

Terang…

Cipete Utara,
2 September 2017


Mengambil judul salah satu tulisan dari Hamsad Rangkuti, puisi ini jelas terinspirasi dari kisah hidupnya. Mengambil latar malam takbiran, sesuai dengan keadaan aslinya ketika penulis berkunjung ke rumah sederhana Hamsad Rangkuti dan isterinya. Puisi ini seperti hadir di ruang hampa, mengisahkan tentang bagaimana sepasang manusia yang terluka dan berjuang.

Leave a comment

Trending