Categories
Article

Jadi Apa Hari Ini Prok Prok Prok: Renungan Non-Akademis tentang Budaya Cosplay

Artikel ringan mengenai seseorang yang bereksperimen dan mengeksplorasi konsep kedirian.

Firdhaussi, Maret 2020

versi Podcast dapat didengarkan di sini

Disclaimer: Ini adalah tulisan ringan mengenai seseorang yang bereksperimen dan mengeksplorasi konsep kedirian. Kalimat-kalimat dalam tulisan ini tersusun atas wawancara singkat <yang tidak singkat-singkat amat> dan hasil membaca, mengulik penelitian dan jurnal ilmiah yang didapatkan penulis secara cuma-cuma dari laci raksasa bernama internet. Tentu, agar menjadi manusia yang sepenuhnya bertanggung jawab, sumber akan ditautkan pada akhir tulisan. Semoga tulisan ini bisa dinikmati sambil menunggu jemputan ojol kesayanganmu atau rebahan di akhir pekan. Monggo

Ammar aka Cacing hari ini bisa jadi kau temui sebagai pelayan kebersihan kantor. Esoknya mungkin kau akan lebih mengenalinya sebagai Ammar, tapi bisa jadi ia sedang mempresentasikan diri sebagai baterai merk ABC.  Sampai-sampai, kalau ia mengenakan baju batik yang akan jadi ‘biasa’ dikenakan orang lain. Pada dirinya batik akan menjadi atribut seorang cosplayer yang memerankan diri menjadi aparatur desa dan atau kecamatan.

Penulis kemudian curi-curi waktu pasca kerjanya untuk mencari tahu kongres macam apa yang berlangsung di dalam isi kepalanya hingga ia mengeluarkan ide-ide semacam itu di tengah perjalanan menjadi dewasa yang sungguh banyak seriusnya ini. Sebagai catatan, penulis berani bersaksi bahwa, dengan metode yang benar, mengobrol dengan Ammar akan terasa seperti membuka lembar demi lembar Ensiklopedia Budaya Pop. Kalau kau merasa perlu berguru khasananah budaya pop, datanglah kepadanya dan kau akan temukan satu kontainer penuh berisi referensi kreativitas.

Baik mari kita mulai…..

3….

2….

1….

Q: “Cosplay itu apa buat kamu?”

A: “Hmm cosplay kalau buat gue itu memperlihatkan diri secara penampilan sebagai seseorang atau sesuatu. Sebenarnya gue pun ngga melabeli diri gue sebagai cosplayer atau apalah itu. Cuma udah setahunan ini lah, orang-orang selalu ngelihat gue memerankan sesuatu.”

Kalau menurut T. Winge di tahun 2006 menulis bahwa cosplay itu akar bahasanya dari Bahasa Jepang kosupure, yang merupakan gabungan dari kata “costume” (コス) and “play” (プレ). Emang sih kalau misalnya kita perhatikan cosplay yang udah dilakukan dari dulu itu kan cosplay anime atau manga ya. Juga, cosplay yang dandanannya niat itu sering banget kita temui di acara-acara yang bertema Jepang. Ternyata memang, secara bahasa, asal katanya dipautkan dengan Jepang. (Lotecki, 2012)

Q: “Lalu Mmar, kapan sebenarnya mulai cosplay dan siapa yang menginspirasi kamu buat melakukan?”

A: “Kalau diingat-ingat gue tuh mulai ngikutin gaya orang tuh dulu waktu di pesantren. Jadi gue kan SMP SMA di pesantren. Nah pesantren gue punya kegiatan bulanan dan tahunan gitu untuk bikin pentas atau penampilan. Waktu itu gue sama ada temen deket gue iseng buat niruin gaya lip sync dari Thailand. Sebelum Shinta dan Jojo itu ngetren, mereka duluan ini yang mulai. Gue pake baju sama banget lah sama dia, gue ikutin gerakannya. Terus waktu itu responnya PECAH! Wah pecah banget sih. Nah di titik itu gue ngerasa, oh gini ya rasanya bikin orang terhibur dan seneng. Sejak saat itu yaudah jadi sering iseng bikin baju digunting-gunting jadi apa.”

Sebagai tambahan, menurut Ammar, banyak interaksi sosial yang tidak terduga ia dapatkan dari kelakuan ‘nylenehnya.’ Ammar senang sekali dengan konsep cosplay karena ia bisa bereksperimen sosial di ruang publik dan melihat banyak respon orang yang sungguh beragam. Ada yang bisa tertawa, ada juga yang menunjukkan muka senang karena berhasil menebak identitas apa yang sedang diperankannya, tapi tidak jarang juga ia mendapat label aneh.

Ammar ingat saat SMA, ia dan beberapa temannya mengikuti study tour ke Candi Borobudur. Saat teman-temannya memilih mengenakan jaket kembar khas kelompok-kelompok di SMA, ia memilih mengenakan jubah putih. Awalnya Ammar hanya iseng mengenakan, tetapi ternyata teman-teman dan orang-orang yang melihat, mengaitkannya dengan sosok Syekh Puji yang saat itu sedang ramai dibicarakan.

Sejalan dengan itu Lotecki sempat mengatakan kalau cosplay adalah, temporary identity to negotiate between reality and fiction.

Menurut Ammar, banyak interaksi sosial yang tidak terduga ia dapatkan dari kelakuan nylenehnya ber-cosplayria. Seperti waktu premier  film Star Wars saat ia masih kuliah. Ia memakai kostum Poe Dameron, salah satu tokoh penting di film Star Wars. Saat ditanya bagaimana ia mendapatkan peralatan untuk melengkapi kostumnya agar semakin mirip, Ammar bercerita kalau ia punya satu toko langganan. Ia sebutnya “Mall Barang Antik.” Buat sebgaian besar orang, toko itu mungkin kurang meanarik karena dianggap hanya berisi barang rongsokan yang mungkin tidak berguna. Tetapi di mata Ammar, toko itu seperti kapsul waktu. Tempat ia bisa dibawa ke berabad-abad tahun ke belakang dan kadang-kadang meloncat ke ribuan tahun di masa depan. Singkat cerita, Ammar akhirnya berhasil menemukan kostum yang tepat untuk memenuhi ambisinya menjadi Poe, Ia pun mengenakan kostum it uke kampusnya. Tentu saja banyak mata jadi menengok ke dirinya. Sampai-sampai anak Andi RIFF yang saat itu melihat Ammar meminta foto bareng. Inilah yang dikatakan Jenkins, development of skills for problem solving and creative expression.

Menarik juga mendengar Ammar mengatakan bahwa ia ternyata PD karena ngga jadi diri sendiri. Apakah mungkin Ammar lebih percaya diri menjadi Minke?

Ah sudahlah, dengarkan saja langsung untuk siniarnya ya!
(Sebenarnya karena udah ngga tau mau nulis apa dan gimana, haha ternyata susah ya nulis makalah tugas kuliah)

Sedikit Referensi:

Lotecki, Ashley. 2012. Cosplay Culture: The Development of Interactive and Living Art through Play. Ryerson Univerisity

Lamerichs, Nicolle. 2018. Productive Fandom: Intermediality and Affective Reception in Fun Cultures. Amsterdam University Press

By firdhaussi

Still human;

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s