Categories
Poem and Prose

Menanti Cahaya Bekerja

#14 – 31 Hari Menulis

Matahari pagi samar menembus sela jendela
Suami dan anak lanangku lelap bertutup selimut

Ku pandang sekeliling rumah
Rapi mewangi
Nasi dan telur dadar tipis siap di bawah tudung saji

Perutku masih melilit
Diganjar tendangan semalam
Sebab boros uang belanja
Pemasukan lagi surut-susutnya

Nyeri kepala belakang berdenyut lagi
Sudah sejak seminggu kepala dihantam kaki meja
Aku pasrah,
Suamiku pasti sedang rasa susah

Dulu kala suami pulang kerja dan rumah berantakan
Pipiku sudah pasti bersemu merah jambu
Bukan oleh pujian atau ciuman hangat
Tamparan keras melayang mendarat
Tepat di wajahku yang bulat

Dilarang beraktivitas di luar rumah
Menyisa sedikit pilihan buat orang seperti kami
Sepertiku, makin sering mencicip bogem mentah
Tak ada orang menaruh acuh
Pada rasa perempuan di balik jendela kecil

Bagaimana aku mencintai suamiku
Sebesar cinta pada keluarga
Bukan perkara sepele dan mudah

O aku yang malang

Jangan salah sangka
Aku tidak sedang merengek

Namun segala getir masih lebih nikmat
Anak lanangku tumbuh sehat

Selatan Jakarta,
14 Mei 2020

Berikut adalah nomor Komnas Perempuan untuk Layana Pengaduan jika kamu mengalami atau melihat ada kekerasan di sekitarmu.

2 replies on “Menanti Cahaya Bekerja”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s