Matahari pagi samar menembus sela jendela
Suami dan anak lanangku lelap bertutup selimut
Ku pandang sekeliling rumah
Rapi mewangi
Nasi dan telur dadar tipis siap di bawah tudung saji
Perutku masih melilit
Diganjar tendangan semalam
Sebab boros uang belanja
Pemasukan lagi surut-susutnya
Nyeri kepala belakang berdenyut lagi
Sudah sejak seminggu kepala dihantam kaki meja
Aku pasrah,
Suamiku pasti sedang rasa susah
Dulu kala suami pulang kerja dan rumah berantakan
Pipiku sudah pasti bersemu merah jambu
Bukan oleh pujian atau ciuman hangat
Tamparan keras melayang mendarat
Tepat di wajahku yang bulat
Dilarang beraktivitas di luar rumah
Menyisa sedikit pilihan buat orang seperti kami
Sepertiku, makin sering mencicip bogem mentah
Tak ada orang menaruh acuh
Pada rasa perempuan di balik jendela kecil
Bagaimana aku mencintai suamiku
Sebesar cinta pada keluarga
Bukan perkara sepele dan mudah
O aku yang malang
Jangan salah sangka
Aku tidak sedang merengek
Namun segala getir masih lebih nikmat
Anak lanangku tumbuh sehat
Selatan Jakarta,
14 Mei 2020
Berikut adalah nomor Komnas Perempuan untuk Layana Pengaduan jika kamu mengalami atau melihat ada kekerasan di sekitarmu.

2 replies on “Menanti Cahaya Bekerja”
Mantap puisinya 😌
LikeLike
Terima kasih 🙂
LikeLike