Pada era notifikasi yang penuh distraksi, ketahanan membaca kita terus diuji. Menyelesaikan satu buku kok tidak semudah membaca membaca A THREAD alá anak twitter. Jadilah! Bacaan-bacaan singkat sekali duduk ini mampu menjadi olahraga komitmen kita untuk menyelesaikan satu buku tanpa khawatir menyita waktu untuk scroll dan haha-hihi di layar canggihmu. Di akhir tahun nanti, bisa menambah rapor bacaan yang kamu tuntaskan jadi lebih dari jari tangan kaki. Baik, tanpa berlama-lama lagi, dengan bangga kami mempersembahkan…
…
suspenseful melody
…
“Bacaan Indonesia yang Habis-Tuntas dalam Sekali Duduk”
Ahmad Tohari – Senyum Karyamin
Khas Ahmad Tohari yang menyajikan nuansa pedesaan, kehidupan orang kecil yang lugu dan sederhana. Cocok buat jadi ruang pelarian! kalau kata kawanku yang baca buku Ahmad Tohari, “Kita seperti diajak masuk ke hutan, menyaksikan pohon tinggi dan binatang besar, lalu diajak berkenalan dan menyusuri.”

Beni Satryo – Antarkota Antarpuisi
Sekilas dari judulnya, puisi ini tampak nyeleneh dan mengisyaratkan kejenakaan. Sementara, kesaksianku membaca 40 puisi di dalamnya, malah terasa getir yang lugas dan menohok macam knalpot bus antarkota antarpuisi. Salah satu puisi yang dikutip dimana-mana aku taruh di sini juga ya:
Aku bertamu ke kuburan ayah.
Memohon doa restu.
“Kemarin kemiskinan datang ke rumah,” kataku
“Ia malamar ibu.”

Seribu Kunang-Kunang di Manhattan
Kalau Mas Eka Kurniawan bilang, Pak Umar Kayam bukan hanya sudah melaporkan kepingan peristiwa tapi justru menjadi teman ngobrol. Aku setuju. Pak Umar Kayam ini seperti teman yang mengajakmu berdialog dan jalan-jalan ke Manhattan tapi bukan buat belanja atau mengutuk keruwetan. Pak Umar Kayam berhasil meladeniku yang ingin tahu hal-hal yang terjadi di sudut gang kecil atau percakapan dua manusia di ruangan apartemen.

Joko Pinurbo – Bulu Matamu: Padang Ilalang
Rasa-rasanya, orang kalau baca puisi Pak Jokpin sudah tahu itu buah karyanya tanpa ada label nama pengarang. Seperti puisi satu ini yang Jokpin banget:
“Tenanglah,” kata ayah. “Isma sedang keluar sebentar membeli kematian untuk ayah.”
Ketika itu malam telah pecah menjadi kepingan mimpi. Di tempat tidur, ayah membakar mimpi (1991)

Kezia Alaia – Bicara Besar
Sebuah konsep puisi berilustrasi yang terdiri dari 45 puisi berbicara mengenai diri, Tuhan, pertentangan, relasi anak-ortu, dan romansa anak muda. Judul kumpulan puisi ini menarik sekali. Singkat tapi memberikan makna yang berlapis-lapis. Kezia di Bicara Besar bermaksud menekankan bahwa puisi adalah milik semua orang dan kita bisa berbicara apa saja, bahkan apa-apa yang sebelumnya orang anggap remeh dan terabaikan.
