Setiap ada orang ‘jahat’ yang berpapasan di hidupku, respons pertamaku adalah “Emang bisa ya, orang sejahat itu?”
Pertanyaan selanjutnya akan menjadi “Mengapa ya dia bisa begitu? Luka apa yang dimilikinya sehingga dia sampai hati menyakiti dirinya?”
Menurutku, perilaku jahat memang menyakitkan untuk orang di sekitarnya; untuk keluarga yang menyayanginya, istri, anak, orangtua. Tapi justru, di antara semua, yang paling terluka justru dirinya sendiri. Ia semakin jauh dengan blueprint organiknya—kesejatian dirinya.
Aku yang dulu akan selalu ‘gatel’ dengan merasa “Oh ini bisa kok aku tolong.”
Hingga aku tiba pada wisdom: Pertolongan akan selalu menemui kepada mereka yang membutuhkan. Selagi kesadaran itu belum dihadirkan, sekeras apapun aku mencoba menolong, dunianya akan tetap keruh.
Hidupnya akan mengalir jernih, hanya saat ia siap bertransformasi.
25 Aug ‘24, 23.30

Leave a comment