Sepotong Sajak buat Sahabat
Untitled

Sahabatku, euphoria pesta telah usai

Maka

Izinkan aku menahanmu lebih lama tuk dengar

Kala itu

Belum genap langit jadi malam

Disangga sol sepatu yang makin tipis

Berderu, irama khas kaki beradu aspal

Langkah melemah sebab energi habis dimakan kerja

Kau beriku ruang di atas jok motormu

Sambil berjanji antar sampai depan pintu rumah

Tak lupa sebuah obrolan ontologis; kudapan legit di batas jalan

Lalu waktu membuat kita jadi ritual, jalanan jadi habitus

Satu waktu kau jatuh, nyaris terjebak

Sesak nafas dibekap kisah kasih kau cipta sendiri

Di batas khayal dan akal, kau meringkuk malang

Tapi hatimu tetap siaga

“Jadi laki-laki harus melek peluang,” begitu kesimpulanmu

Jadi, ku putuskan kamu baik-baik saja

Gelora tiap kau toreh aksara

Pilu, amarah, rindu, gelisah, tawa, dan luka

Kau aduk dalam semangkuk riya

Sengaja kau hidangkan di meja

Dengan penutup yang dirajut tuanmu

Ku berbisik dengan dahi berkerut “Apa kau tak khawatir?”

Matamu tak bergeming

“Biar saja, lidah orang peka rasa”

Lagi, kau buat ku tertegun

Rumit dan keras, khasmu sendiri

Sahabatku,

Telah kita daki gunung terjal berpasir mimpi

Meluncur bergairah dalam tujuh warna pelangi

Berenang dalam gelombang alfa, beta dan gamma

Jejakmu nyata sepanjang garis pantai

Susuri terus sampai ujung dunia

Hingga kau bisa rengkuh langit

Dan aku akan teriak dari bumi

Selamat menginjak Dua Satu.

Firdhaussi

Gedung Komunikasi UI,

24 Februari 2016


image: pinterest

Leave a comment